Stasiun Tugu, karya Taufiq Ismail

Stasiun Tugu
Source: JalanJogja.com

Tahun empat puluh tujuh, suatu malam di bulan Mei 
Ketika kota menderai dalam gerimis yang renyai 
Di tiang barat lentera merah mengerjap dalam basah
Menunggu perlahan naiknya tanda penghabisan 

Keleneng andong terputus di jalan berlinangan 
Suram ruang stasiun berada dan tempat menunggu 
Truk menunggu dan laskar berlagu-lagu perjuangan
Di Tugu seorang ibu menunggu, dua anak dipangku 

Berhentilah waktu di stasiun Tugu, malam ini 
Di suatu malam yang renyai, tahun empat puluh tujuh 
Para penjemput kereta Jakarta yang penghabisan 
Hujan pun aneh di bulan Mei, tak kunjung teduh 

Di tiang barat lentera mengerjap dalam basah 
Anak perempuan itu dua tahun, melengkap dalam pangkuan 
Malam makin lembab, kuning gemetar lampu stasiun 
Anaknya masih menyanyi “Satu Tujuh Delapan Tahun” 

Udara telah larut ketika tanda naik pelan-pelan 
Seluruh penjemput sama tegak, memandang ke arah barat 
Ibu muda menjaga anaknya yang kantuk dalam lena 
Berkata: lambaikan tanganmu dan panggilah Bapa

Wahai ibu muda, seharian atap-atap kota untukmu berbasah 
Karena kezaliman militer pagi tadi terjadi di Klender 
Seluruh republik menundukkan kepala, nestapa, dan resah 
Uap ungu berdesir menyeret gerbong jenazah terakhir

Comments